Tuesday, January 25, 2011

Aspek-Aspek Perkembangan Anak

 
A.    Aspek-Aspek Perkembangan Anak
Aspek-aspek perkembangan anak meliputi: fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
1.      Fisik
Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh/ badan/ jasmani seseorang. Perkembangan fisik manusia terjadi mengikuti prinsip cephalocaudal, yaitu bahwa kepala bagian atas tubuh berkembang lebih dulu sehingga bagian atas tampak lebih besar dari pada bawah. Seperti terlihat pada bayi dan anak yang memiliki bentuk tubuh atau fisik berbeda dengan orang dewasa dimana kepala mereka tampak lebih besar dengan bagian tubuh lainnya. Perkembangan badan, lengan, dan kaki pada tahap selanjutnya membuat tubuh mereka menjadi proposional seperti orang dewasa.
Perkembangan fisik seseorang juga terjadi di dalam tubuhnya dengan perkembangan otot dan tulang. Sesungguhnya jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi lahir. Selama masa kanak-kanak otot-tot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini menjadi lebih cepat pada masa remaja, khususnya pada anak laki-laki.
Anak usia 4 – 6 tahun berada pada tahap perkembangan. Masa kanak-kanak awal, tahap usia ini juga bisa disebut sebagai periode pra sekolah. Pertumbuhan fisik pada tahap usia ini tetap mengalami peningkatan akan tetapi pertumbuhan tinggi dan berat badannya melambat (tidak secepat pada masa bayi). Perbedaan jenis kelamin terlihat di antara anak laki-laki dan perempuan pada tinggi dan beratnya, berat badan dimana anak laki-laki tampak lebih tinggi dan lebih berat.
Tubuh mereka kelihatan lebih langsing dan semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan mereka mulai kehilangan lemak bayi, tulang dan otot berkembang lebih besar, serta pertumbuhan dada yang lebih besar dari perut. Pada usia ini proporsi tubuh semakin proposional dan mulai menyerupai orang dewasa.
Adapun tahap perkembangan fisik/ jasmani adalah sebagai berikut:
a.       Usia 3 tahun sudah mampu berjalan mundur, berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan berlari, mampu melempar dan menerima bola denagn kedua tangan yang diluruskan ke depann.
b.      Pada usia 3 – 4 tahun anak mulai mampu mengenal lingkaran, segi empat, segitiga, dan mencontoh berbagai bentuk.
c.       Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisir dalam pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat berjuntai secara santai dan mampu melangkahkan tungkai kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi.
d.      Saat anak mencapai tahapan prasekolah (3 – 6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara usia bayi dan anak pra sekolah yaitu terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan, dan keterampilan yang mereka miliki.
e.       Usia 4 tahun anak-anak telah memiliki keterampilan yang lebih baik, mereka mmapu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti.
f.       Pada usia 4 – 5 tahun mereka sudah mampu membuat gambar-gambar orang, bentuk gambar biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut, dan telinga, kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan tangan dan kaki.
g.      Pada usia 5 tahun mereka mampu berlari kencang dengan gaya seperti orang dewasa, mereka meloncat dengan mempertahankan keseimbangannya.
h.      Usia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sdekaligus belajar melompat tali.
i.        Usia 6 tahun diharapkan anak sudah mampu melempar dengan tujuan yang tepat dan mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki-laki dan perempuan sama-sama dapat berlari kencang dan mampu melempar dengan sasaran yang tepat. 

2.      Intelegensi (Kecerdasan)
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu seorang anak yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Menurut Chaplin (1975) mengartikan intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sedangkan menurut Anita (1995) intelegensi itu meliputi tiga pengertian yaitu: a) kemampuan untuk belajar, b) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan c) kemampuan beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Dan ia juga mengemukakan bahwa intelegensi merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
Binet (dalam Sumadi, 1984) menyatakan bahwa sifat intelegensi itu ada tiga macam, yaitu: a) kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu, b) kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut, dan c) kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
3.      Emosi
Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut Sarwono, emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Canon Bard merumuskan teori tentang pengasuh fisiologis terhadap emosi, teori ini menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian pada proses syaraf. Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thalamus (pusat penghubung antara bagian bawah otak dengan susunan urat syaraf di suatu pihak dan alat keseimbangan atau carebellum) dengan creblar cortex (bagian otak yang terletak di dekat permukaan sebelahdalam dari tulang tengkorak, suatu bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya pada jiwa taraf tinggi, seperti berfikir).

4.      Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik wajah.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu, tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk, pengertian menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6 – 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menusun kalimat dua atau tiga kata.

5.      Sosial
Perkembangan sosial adalah proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dalam arti dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh abak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.
6.      Kepribadian
Secara etimologi, kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ”personality”, sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”person” (kedok) adan ”personare” (menembus), persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu, sedangkan ”personare” adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Jadi, persona itu bukan pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Secara terminologis, menurut Mc Dougal kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana bisanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan. Sedangkan menurut Gordon, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian sebagai berikut:
a.       Faktor fisik
b.      Tingkat intelegensi
c.       Keluarga
d.      Teman sebaya
e.       Kebudayaan
7.      Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin ”mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/ nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral, nilai-nilai moral itu seperti: a) seruan untuk berbuat baik untuk orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara berhak orang lain. b) larangan mencuri dan perbuatan-perbuatan jelek lainya.

8.      Kesadaran Beragama
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah adalah dia dianugerahkan fitrah (perasaan dan kemmapuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dalam kata lain manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama), karena memiliki fitrah ini, kemudia manusia dijuluki sebagai ”homo devians”, yaitu makhluk yang bertuhan atau beragama.
Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembnag. Namun mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama anak sangat bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, ”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi”. Hadits ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan (terutama orang tua) sangat berperan dalam perkembangan fitrah keberagaman anak.

0 komentar:

Post a Comment

Search This Blog